Siapa saja yang berkecimpung atau sedang nyantri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an wajib tahu istilah-istilah berikut ini:

1. Tahfizh (Tahfidz)

Dari sisi bahasa tahfidz berarti menjaga. Dalam konteks hafalan Al Qur’an, tahfiz berarti menghafal. Secara filosofis, menjaga Al Qur’an memiliki makna bertingkat-tingkat.

Pada tingkatan pertama, menjaga Al Qur’an berarti menyimpannya dalam ingatan. Pada tingkatan kedua, menjaga Al Qur’an berarti mempelajari dan mengajarkannya. Pada tingkatan ketiga, menjaga Al Qur’an berarti mengimplementasikannya dalam akhlak, kehidupan, dan mendakwahkannya.

2. Tahsin

Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an

3. Talqin

Talqin adalah metode menghafal adalah dengan cara mendengarkan sesuatu yang akan kita hafal. Metode Talqin adalahmetode dimana para penghafal Quran mendengarkan dan mengikuti bacaan ayat yang dibacakan oleh Ustadz/Ustadzahnya.

4. Tasmi’

Tasmi’ secara umum berarti memperdengarkan. Tasmi hafalan berarti memperdengarkan hafalan Al Qur’an yang sebelumnya sudah disetorkan kepada guru. Tasmi’ biasanya juga digunakan sebagai momen ujian hafalan. Oleh sebab itu, tasmi bisa berkisar 1 juz, 5 juz, 10 juz, bahkan 30 juz sekali duduk. Saat tasmi’ kamu benar-benar tidak boleh melihat Al Qur’an sedikit pun. Di beberapa lembaga biasanya diadakan parade tasmi pada momen tertentu sebagai ajang latihan dan ujian.

Pada tahap awal, kamu bisa tasmi’ 1 juz berpasangan dengan temanmu yang sedang menghafalkan juz yang sama. Saat tasmi’ temanmu dapat menyimak dan memberikan peringatan apabila kamu salah membaca atau nyasar ke ayat lain. Pokoknya parade tasmi’ ini seru.

Metode Tasmi merupakan lanjutan dari Metode Talqin dimana para penghafal Quran memperdengarkan bacaan ayat suci Al Quran di depan Ustadznya tanpa kesalahan. Jika terjadi kesalahan biasanya akan dikoreksi langsung oleh Ustadz yang mengujinya.

5. Tikrar

Tikrar adalah salah satu metode menghafal Quran yang sering digunakan dimana para penghafal Quran menghafal per ayat sebanyak 10-20 kali baru melanjutkan ke ayat berikutnya. Menghafal Quran bisa lebih efektif jika kita mengulang-ngulang ayat yang sama.

6. Ziyadah

Ziyadah arti asalnya adalah menambah atau bertambah. Ziyadah dalam konteks hafalan Al Qur’an adalah menambah hafalan baru. Apabila kamu sudah baru menghafalkan sebuah halaman kemudian menyetorkannya kepada gurumu, berarti kamu sedang ziyadah. Ziyadah juga disebut-sebut sebagai proses hafalan yang memerlukan guru sebagai penyimak hafalan. Cepat atau lambat ziyadah bergantuk kesungguhan kamu menghafalkan Al Qur’an.

Istilah ziyadah umumnya dipakai untuk kegiatan setoran hafalan, yang berarti  membacakan hasil ziyadah hafalan Al-Qur’an kepada guru. Setoran hafalan bisa berupa ziyadah atau murojaah. Namun, yang wajib disetorkan kepada guru adalah ziyadah hafalan. Murojaah hafalan dapat disetorkan kepada siapapun yang dapat menyimak. Kalau ziyadah hafalan berbatas waktu dan harus disetorkan kepada guru. Murojaah hafalan sifatnya sepanjang hayat dan dapat dilakukan sendiri atau kepada siapapun yang bisa menyimak.

7. Murajaah

Muraja’ah adalah istilah yang digunakan untuk mengulang hafalan yang baru-baru ini Anda hafalkan. Biasanya jarak antara muraja’ah dan muhafadzah tidak terlalu lama (tidak sampai 1 Minggu), karna fungsi dari muraja’ah adalah menjadikan hafalan baru benar-benar lancar.

Metode Muraja’ah merupakan metode yang paling populer dan sangat mirip dengan metode Tikrar. Sebeneranya istilah Muraja’ah lebih bersifat umum karena memiliki makna “Kembali”. Maksud Kembali disini adalah mengulang kembali materi-materi dan hafalan yang sudah dipelajari sebelumnya. Metode ini bisanya dilakukan untuk tetap menjaga hafalan Al Quran agar tidak ada yang hilang.

Murojaah dapat diartikan sebagai mengulang hafalan. Mengulang hafalan berarti membaca kembali hafalan yang sudah disetorkan kepada guru. Dalam beberapa program hafalan Al Qur’an, murojaah dibagi dua jenis: murojaah hafalan baru dan murojaahhafalan lama. Murojaah hafalan baru berarti mengulang hafalan yang sudah disetorkan kepada guru pada pertemuan sebelumnya. Murojaah hafalan lama berarti mengulang hafalan yang sudah disetorkan lengkap 1 juz pada waktu sebelumnya.

8. Tilawah

Membaca Al-Qur’an dengan Hati-hati

9. Mutaba’ah

Mutaba’ah berarti evaluasi. Jadi, jika disebut Mutaba’ah yaumiyah maka itu berarti  kegiatan evaluasi amal sehari-hari baik wajib maupun Sunnah. Istilah umum dari mutaba’ah yaumiyah ini adalah evaluasi untuk memperhatikan kualitas hafalan.

Umumnya Pengelola Program Tahfidz membuatkan “Buku Mutaba’ah” untuk mengecek perkembangan hafalan santri dan diisi oleh guru setelah dicek perkembangan/setoran hafalannya.

10. Mutqin

Apa artinya mutqin dalam menghafal Al-Qur`an? Istilah mutqin erat kaitannya dengan hafalan Al-Qur`an. Seseorang yang disebut mutqin adalah mereka yang lancar hafalan Al-Qur`annya sampai 30 juz. Hafalan Al-Qur`an mereka kuat sehingga tidak ada salah atau lupa, dan semacamnya.

Jadi, definisi sederhananya, mutqin artinya itu lancar dalam menghafal Al-Qu`an. Maksud dari lancar adalah tidak tersangkut-sangkut, tidak terputus-putus, tidak tersendat-sendat, dan juga tidak tertunda-tunda.

11. Hadr

Pengertian dari istilah ini adalah cara membaca Alquran dengan kecepatan cukup tinggi (cepat). Biasanya 1 halaman menghabiskan waktu kurang dari 1 menit saja. Biasanya cara membaca seperti ini hanya digunakan oleh orang yang sudah khatam dalam menghafal Alquran dan juga lancar.

Bagi mereka cara tersebut digunakan untuk mengulang hafalan yang banyak dengan waktu yang singkat, supaya hafalan mereka bisa lebih sering terbaca. Meskipun dengan cara ini tidak menambah kelancaran hafalan, tapi hanya bertujuan agar hafalan tidak ditelantarkan.

12. Tadwir

Pengertian dari istilah ini adalah cara membaca Alquran dengan kecepatan sedang. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Biasanya 1 halaman mengabiskan waktu 1 sampai 2 menit. Biasanya cara ini digunakan oleh orang yang ingin mengulang hafalan dengan jumlah yang banyak sekaligus memperkuat hafalannya. Meskipun bila menggunakan cara ini hafalan hanya sedikit bertambah kuat. Kecuali bila memang benar-benar fokus dalam mengulang hafalan, maka cara ini cukup memperkuat ingatan hafalan Anda.

13. Tartil

Tartil berarti perlahan-lahan atau cara membaca Alquran dengan lambat. Biasanya 1 halaman menghabiskan waktu lebih dari 2 menit. Cara ini biasanya digunakan untuk memperkuat hafalan. Bisa ketika menambah hafalan atau ketika mengulang hafalan lama. Keuntungan menggunakan cara ini ialah dapat memperkuat hafalan, meskipun cara ini memerlukan waktu yang tidak sedikit.

14. Muhafadzah/hifdz

Adalah istilah yang digunakan untuk menambah hafalan baru yang sebelumnya belum pernah dihafalkan. Mudahnya istilah ini sama dengan nambah hafalan.

15. Mudzakaroh

Adalah mengulang atau sekedar membaca hafalan yang telah lama dihafalkan. Tujuan dari mudzakaroh adalah menjadikan hafalan lama tidak terlantar dan juga memperkuat hafalan lama.

16. Mufattisy

Adalah orang yang memeriksa hafalan Anda. Ataupun orang yang menerima setoran hafalan dari seseorang.

17. Hafidz/hafidzul quran

Adalah orang yang hafal seluruh ayat-ayat Alquran.

18. Hamil/hamilul quran

Adalah orang yang hafal seluruh ayat-ayat Alquran, paham ma’nanya dan mengamalkan isinya.  Hafiz artinya laki-laki penjaga, hafizah artinya perempuan penjaga. Hafiz – hafizah diartikan juga sebagai penghafal Al Qur’an. Hafiz- hafizah juga merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang sudah menyetorkan hafalan Al Qur’an 30 juz.

Namun, acap kali orang-orang yang sudah menyetorkan hafalannya 30 juz justru enggan disebut hafiz-hafizah karena beratnya pertanggung jawaban gelar tersebut.

19. Tafahhum

Bahasa yang dipakai dalam kitab suci Al Quran adalah Bahasa Arab. Maka dari itu ada baiknya kita mulai mempelajari Bahasa Arab agar kita mengerti maknanya. Tafahhum adalah usaha kita untuk mengerti dan memahami makna dari setiap ayat yang sedang kita hafal. Hal ini tentu saja akan lebih membantu kita saat menghafal Quran karena kita sudah memahami arti dari ayat yang kita baca.

20. Kitabah

Menulis adalah salah satu cara untuk orang yang ingin memiliki ingatan kuat. Begitu pula dengan metode Kitabahdimana penghafal Quran mencatat ayat Quran yang sedang dihafal agar hafalannya lebih sempurna karena dengan kita menulis maka otomatis kita pun sedang membaca. Metode ini sebenarnya adalah metode lama yang dilakukan para ulama terdahulu dimana mereka menulis dan mencatat semua ayat suci Al Quran di sebuah media (kertas dan sebagainya).

21. Khataman

Khataman adalah kegiatan menamatkan hafalan al-Qur’an 30 Djuz.

22. Muhafiz/Muhafizah, Musyrif/Musyrifah

Muhafiz – Muhafizah adalah orang yang dipilih untuk mendengarkan hafalan Al Qur’an kita. Musyrif – musyrifah adalah pembimbing kita dalam setoran hafalan Al Qur’an. Istilah-istilah ini intinya mengacu pada satu orang yaitu guru hafalan Al Qur’an kita. Biasanya kita cukup menyebutnya ustaz atau ustazah.

Namun, apabila kita mengikuti komunitas atau lembaga hafalan Al Qur’an, guru-guru tersebut secara kelembagaan diberi posisi sebagai muhafiz atau musyrif, muhafizah atau musyrifah. Syarat menjadi guru tahfiz tentu saja memiliki hafalan Al Qur’an 30 juz baik baru disetorkan atau pun sudah mutqin.

23. Sajdah (Ayat Sajdah)

Sajdah berarti Ayat-ayat sajdah, yaitu ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an yang ketika dibaca atau didengar, kita disunahkan melakukan Sujud tilawah. Sujud ini dilakukan di dalam atau diluar shalat, disunahkan pula bagi yang membaca dan yang mendengarkannya.

Hanya saja ketika didalam shalat, sujud atau tidaknya tergantung pada imam. Jika imam sujud, makmum harus mengikuti, dan begitu pula sebaliknya. Ayat Sajdah terdapat dalam surat: 7:206, 13:15, 16:50, 17:109, 19:58, 22:18, 22:77, 25:60, 27:26, 32:15, 38:24, 41:37, 53:62, 84:21, 96:19.

Ayat sajdah berisi perintah untuk bersujud kepada Allah. Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan melakukan sujud tilawah ketika menemukannya dalam Al-Qur’an. Bukan hanya pembaca, tetapi juga pendengar.

Sujud tilawah dilakukan di dalam dan di luar salat. Namun, sujud tilawah di dalam salat harus mengikuti imam, ya! Terdapat 15 ayat sajdah dalam Al-Qur’an, yakni Al-A’raf: 206, Ar-Ra’du: 15, An-Nahl: 50, Al-Isra: 109, Maryam: 58, An-Naml: 26, As-Sajdah: 15, Shaad: 24, Fushshilat: 37, An-Najm: 62, Al-Hajj: 18 dan 77, Al-Furqan: 60, Alinsyiqaq: 21, serta Al-Alaq: 19.

24. Tajwid

Mengeluarkan huruf-huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya

25. Saktah ( س )

Yaitu berhenti sejenak tanpa bernafas. Ada didalam surat: 18:1-2, 36:52, 75:27, 83:14. Contoh: كَلاَّ بَلْ رَانَ

26. Isymam

Yaitu menampakkan dhammah yang terbuang dengan isyarat bibir. Isymam hanya ada di surat Yusuf ayat 11, pada lafazh لاَ تَأْمَنَّا

27. Imalah

Artinya pembacaan fat-hah yang miring ke kasrah. Imalah ada di dalam surat Hud ayat 41, pada lafazh بِسْمِ اللهِ مَجْرَهَا dibaca “MAJREHA”.

28. Tas-hil

Artinya membaca hamzah yang kedua dengan suara yang ringan atau samar. Tas-hil dibaca dengan suara antara hamzah dan alif. Terdapat di dalam surat Fushshilat ayat 44, pada lafazh أَأَعْجَمْيٌّ hamzah yang kedua terdengar seperti ha’.

29. Nun Al-Wiqayah

Yaitu nun yang harus dibaca kasrah ketika tanwin bertemu hamzah washal, agar tanwin tetap terjaga. Contoh: نُوْحٌ ابْنَهُ – جَمِيْعًا الَّذِيْ

30. Ash-Shifrul Mustadir

Yaitu berupa tanda (O) di atas huruf mad yang menunjukkan bahwa mad tersebut tidak dibaca panjang, baik ketika washal maupun waqaf (bentuknya bulatan sempurna, dan biasanya terdapat di mushaf-mushaf timur tengah). Contoh: لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُواْ

31. Ash-Shifrul Mustathilul Qa’im

Yaitu berupa bulatan lonjong tegak (0) biasanya diletakkan di atas mad. Mad tersebut tidak dibaca panjang ketika washal, namun dibaca panjang ketika waqaf. Contoh: أَنَاْ خَيرٌ – لَكِنَّاْ

32. Naql

Yaitu memindahkan harakat hamzah pada huruf sebelumnya. Contoh: ﺑﺌﺲَ الاِسْمُ dibaca ﺑﺌﺴَلِسْمُ

33. Huruf Mad

Huruf mad meliputi huruf alif, huruf ya, dan wawu. Aturan ini berlaku baik ketika waqaf (berhenti) maupun washal (bersambung).

34. Shifr Mustadir

Bulatan kecil di atas huruf mad disebut ‘shifr mustadir’. Huruf yang menyandang tanda tersebut harus diabaikan alias tak perlu dibaca. Berdasarkan maknanya, shifr berarti bulat, sedangkan mustadhir berarti melingkar. Dengan demikian, istilah satu ini merujuk pada tanda yang berbentuk bulat penuh atau bundar. Shifr mustadir dapat terletak di pertengahan maupun penghabisan ayat. Contohnya terdapat dalam surah Yusuf ayat 87, Al-Kahfi ayat 23, dan Al-A’raf ayat 103.

35. ‘Shifr mustathil qa’im’

Shifr musyathil qaim adalah bulatan lonjong di atas huruf alif. Serupa tapi tak sama, itulah perumpamaan shifr mustadir dan shifr mustathil qa’im. Perbedaannya terletak pada bentuk tanda, yang mana shifr mustadir berbentuk bulat, sedangkan shifr mustathil qa’im berbentuk lonjong. Selain itu, tanda lonjong tersebut hanya dapat ditemukan di atas huruf alif saja. Eksklusif banget, ya?

Shifr mustathil qa’im selalu berada di akhir kata. Aturan bacanya pun berbeda ketika waqaf (berhenti) dan washal (bersambung). Ketika berhenti dibaca panjang, tapi berlaku sebaliknya tatkala bersambung. Terdapat sekitar enam shifr mustathil qa’im dalam Al-Qur’an, yakni Al-Kahfi ayat 38, Al-Ahzab ayat 20 dan 66 (dua lafaz), dan Al-Insan ayat 15.

36. ‘Nun wiqayah’

Nun Wiqayah adalah istilah mengubah tanwin menjadi nun kasrah. Nun wiqayah merupakan salah satu istilah khusus dalam Al-Qur’an yang ditandai dengan huruf nun kecil di bawah hamzah. Istilah ini sering pula disebut nun iwadh. Nun wiqayah terjadi ketika tanwin berhadapan dengan hamzah washal, yakni tanda yang menganjurkan pembaca Al-Qur’an untuk menyambung bacaannya. Ketika hal tersebut terjadi, tanwin diubah menjadi nun kasrah. Tujuannya, agar tak ada bunyi yang hilang ketika lafaz dibaca.

Nun wiqayah dapat terletak di permulaan ayat maupun pertengahan ayat. Beberapa contohnya ialah pada surah Al-Humazah ayat 1-2, Al-Qiyamah ayat 30, Al-Hadid ayat 27, Al-Hajj ayat 11, An-Najm ayat 50, dan masih banyak lagi. So, kalau kamu menemukan tanda nun kecil, ingat aturan nun wiqayah ini, ya!

37. Bacaan ‘gharib’

Bacaan Gharib adalah bacaan terlangka dalam Al-Qur’an. Dalam membaca kitab suci, umat muslim menggunakan tajwid sebagai kaidah baku. Namun, rupanya tak semua bacaan Al-Qur’an dilafalkan sesuai pokok-pokok umum tajwid. Beberapa di antaranya bersifat khusus dan memerlukan aturan khusus pula. Aturan tersebut dinamakan gharib. Gharib bermakna ‘tersembunyi’, sehingga bacaan-bacaannya sangat langka dan jarang ditemukan.

Gharib memiliki lima aturan bacaan. Pertama, berhenti sejenak tanpa bernafas disebut saktah. Kedua, mengerucutkan bibir membentuk isyarat dhammah (serupa huruf “u”) dinamakan isymam. Kemudian imalah dengan mengucapkan fathah yang miring ke kasrah. Selanjutnya tashil, yakni huruf hamzah dibaca samar. Terakhir adalah naql dengan menggeser harakat huruf hamzah pada huruf sebelumnya. (gd/source)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Assalamu 'alaikum