Santri Ma’had Daarul Mumtaz Karang Melati, OKU Timur, berkesempatan melakukan kunjungan silaturrahim ke Pondok Pesantren Abi-Umi, Banten, Plaju, Kota Palembang (25/3/2023).
Kedatangan santri Daarul Mumtaz dan rombongan disambut langsung oleh KH Hamdani atau Kang Dani dan Ibu Nyai selaku pengasuh Pondok Pesantren Ami-Umi.
“Alhamdulillah, di bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah ini kami kedatangan rombongan santri Daarul Mumtaz; mudah-mudahan siltaturrahim ini menjadi tanda persahabatan kita sebagai sesama pengelola pesantren semakin baik dan sinergis,” saat menyambut kedatangan rombongan Daarul Mumtaz.
Abi-Umi ini, lanjut Kang Dani, merupakan pengembangan dari Assanadiyah, yaitu pesantren yang diinisiasi oleh orangtua beliau. Selain pesantren Abi-Umi yang fokus pada tahfidzul Qur’an, Assanadiyah juga membuka program lain, seperti Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Akademi Kebidanan dan klinik layanan kesehatan.
“Semua yang kita lakukan dengan payung Assanadiyah ini untuk memberikan layanan kepada masyarakat akan kebutuhan pendidikan, pengembangan sosial dan kesehatan,” ungkap Kang Dani.
Dalam kunjungan silaturrahim tersebut, rombongan Daarul Mumtaz yang dipimpin Gus Damas didampingi Ibu N. J. Na’imah Damas dan sang putri Ahsanu Nadiyya menyampaikan rasa bahagianya telah disambut dengan sambutan yang luar biasa hangat.
“Tidak ada kata yang bisa mewakili ungkapan rasa bahagia ini kecuali rasa syukur kepada Allah SWT atas semua sambutan dari keluarga besar pesantren Abi-Umi. Kami merasa bangga karena persahabatan ini bisa terjalin, persahabatan antara pesantren yang kebetulan yang satu ada di kampung dan yang satunya ada di kota,” kata Gus Damas.
Silaturrahim ini, tambah Gus Damas, bukan sekedar anjangsana; tetapi juga untuk saling berbagi pengalaman dan mencari inspirasi untuk bagaimana kita mengembangkan lembaga pesantren agar menjadi lembaga pendidikan Islam yang mumpuni dalam mencerdaskan umat.
“Banyak yang bisa kita pelajari dari kunjungan ini. Kita bisa melihat bagaimana pesantren Abi-Umi membangun pesantren yang dilengkapi dengan pengembangan bidang kewirausahaan. Sehingga pesantren bisa memenuhi kebutuhan operasionalnya secara swadaya,” urai Gus Damas. (DM/gd)